Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara?
Ada yang kenal dengan bait lagu di atas??
Ya, lagu "Panggung Sandiwara" yang pada masanya begitu booming.
Dulu, di masa remajaku, hanya sepintas saja aku dengar, itupun karena ketertarikanku pada tata musiknya, tanpa merasakan siratan-siratan makna yang tersisip disetiap kata-katanya.
Sesaat yang lalu aku dengar lagi alunan lagu itu, seirama dengan desing osengan pedagang nasi goreng di tempat biasa ku menghibur perutku saat terlarut malam.
Begitu menenangkan, begitu menghanyutkan suasana malam yang memang mulai menyepi.
Sekejap terlintas dalam benak, terbesit begitu saja kata-kata hati tentang pemaknaan gubahan itu.
Mengapa kita bersandiwara..?
Lirik itu pun terlantunkan berulang-ulang. Mendesak, melarutkan hati dan pikiran.
Seolah bertanya pada kita semua, tanya yang sebenarnya selalu terjawab oleh hati setiap pendengarnya.
Bagaimana tidak. Setiap manusia pasti melakukan hal yang sama didalam hidupnya, bersandiwara.
Setiap manusia mengenakan jubah lengkap dengan topengnya, kemudian memantaskan dirinya pada alur sandiwara hidup yang tak pernah usai.
Tiada satupun manusia biasa yang tak memakai topeng di hidupnya.
Semua pasti menyembunyikan raut kehidupannya dibalik kepalsuan yang ditunjukkan.
Ada mereka yang bertampang bijaksana layaknya manusia berwujud malaikat.
Ada juga yang menyembunyikan kelembutan hatinya dibalik perangai antagonisnya.
Semua pasti menutup rahasia yang dimilikinya, yang takkan ia biarkan satu orang pun tahu, kecuali dirinya dan Tuhan.
Mengapa kita bersandiwara..?
Setiap manusia pasti bersandiwara, setiap manusia memiliki perannya masing-masing.
Kita tak bisa menerka, entah itu peran nyata atau peran berpura-pura.
Karena kita tak merasakan hati yang terluka pada ia yang terbang melayang penuh canda tawa.
Tak mampu mampu melihat hati yang bahagia pada ia yang tenggelam dalam kesedihan dan duka.
Mengapa kita bersandiwara..?
Pertanyaan itu pun berlalu bersama hidangan malamku yang tak tersisa.. :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar